Selasa, 17 Mei 2011

Bagaimana Kita Menilai Diri Sendiri dan Orang Lain

Setiap orang memiliki cara-cara terntentu dalam berhubungan, berkomunikasi, dan cara memandang orang lain. Ada beberapa pola yang sering dipakai manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Berikut adalah penjelasan masing-masing pola.

  1. Saya manusia tidak baik - orang lain manusia baik.


    Orang dengan pola hubungan seperti ini cenderung memasukkan segala sesuatu ke dalam hatinya; segala sesuatu dipikir dalam-dalam. Orang seperti ini tidak rileks. Sikap ini menimbulkan cara hidup dan cara bertindak yang selalu salah dan merasa bersalah karena merasa diri tidak baik. Manusia ini selalu iri terhadap orang lain.


  2. Saya manusia tidak baik - orang lain juga manusia tidak baik.


    Orang seperti ini tidak peduli pada diri sendiri dan orang lain; tidak peduli tentang apa yang dipikirkan dan dilakukannya. Berpikir dan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan sebab-akibatnya. Berpikir pendek saja, tidak ada yang ingin dicapai. Melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu.


  3. Saya manusia yang baik - orang lain manusia yang tidak baik.


    Pola pikir seperti ini memungkinkan orang untuk berpikir tentang apa yang akan dilakukannya dan mempertimbangkan apa yang menjadi sebab-akibat sebuah perbuatan. Yang menjadi masalah adalah orang seperti ini menganggap orang lain berada di bawah kuasanya. Memandang orang lain lebih rendah, arogan, mengancam orang lain, dan meremehkan orang lain. Ia selalu menganggap bahwa dirinya yang paling bisa, paling baik, dan paling segala-galanya.


  4. Saya manusia yang baik - orang lain juga manusia baik.


    Ini sikap yang paling ideal. Manusia yang termasuk dalam kelompok ini adalah manusia yang selalu mampu menghargai orang lain apa adanya, sebagaimana ia menghargai dirinya sendiri. Semua manusia adalah ciptaan Tuhan dan memiliki harga diri yang sama. Orang ini bisa melihat dan menerima kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri maupun orang lain. Selalu mau mengembangkan apa yang dimilikinya dan rela menolong orang lain dalam segala kesulitan/persoalan mereka; bukan malah mencelanya. Ia mau diingatkan dan dibangun oleh orang lain atas kekurangan-kekurangannya.

Mana yang kita harus pilih? Kita memiliki kesempatan dan hak untuk memilih, tetapi sikap "saya baik - orang lain baik" adalah pilihan yang paling bijaksana. Pilihan ini menjelaskan tingkat kedewasaan kita dalam memahami diri sendiri dan orang lain.

Tuhan Yesus pernah mengingatkan kepada orang percaya demikian, "... apa yang orang lain ingin lakukan pada dirimu, lakukanlah lebih dahulu kepada orang lain." Kalau saya ingin dianggap baik dan orang memperlakukan kita dengan baik, maka saya harus menganggap baik orang lain dan memperlakukan orang lain dengan baik.

Sumber diambil dari buku Dewasa Dalam Kristus "Aspek-aspek Pertumbuhan"
karya Pdt. Himawan Djaja Endra, M.Min.

Kamis, 05 Mei 2011

Enam Tipe Cinta

"Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki"
(Kejadian 2:22-23).


Tuhan menciptakan wanita berbeda dari pria. Tuhan menciptakan wanita dari tulang rusuk pria, supaya wanita menjadi bagian dari pria yang akan dijaga dan dikasihinya. Tuhan menciptakan wanita supaya pria tidak sendirian dan kesepian. Tuhan menciptakan wanita supaya mereka saling melengkapi dan menjadi sempurna.

Dalam mitologi Yunani, ada 6 macam model cinta. Keenam model tersebut adalah Eros, Ludus, Mania, Storge, Pragma, dan Agape. Berikut akan dijelaskan mengenai masing-masing model cinta tersebut.
  1. Eros
    Eros adalah jenis cinta sebatas fisik, romantis, bahkan terkadang erotis. Biasanya, cinta Eros terjadi pada pandangan pertama. Kebanyakan punya ketertarikan kuat terhadap penampilan fisik disertai emosi dan komitmen yang kuat terhadap pasangannya.


    Jenis cinta ini banyak dialami remaja. Cinta Eros menggebu-gebu dan berani mengambil resiko. Dalam pacaran, mereka menganggap penting mengenai ciuman dan pelukan. Biasanya, kehangatan cinta ini dapat dirasakan sampai tiga bulan pertama. Dunia seolah-olah hanya milik berdua.

  2. Ludus
    Jenis cinta yang penuh dengan permainan, godaan, dan cumbu rayu yang tiada hentinya. Penganut cinta Ludus tidak pernah serius dalam soal cinta. Mereka mudah bosan dengan pasangannya.


    Tipikal pecinta Ludus adalah percaya diri. Melakukan permainan cinta memerlukan kepribadian yang kuat. Oleh karena itu, mereka pandai membohongi pasangannya. Jenis cinta ini bersifat dangkal dan mudah beralih.

  3. Mania
    Mania sebenarnya merupakan gabungan dari Eros dan Ludus. Cinta yang obsesif, penuh cemburu, suka menguasai, dan selalu bergantung kepada pasangannya. Mania cenderung memiliki sifat destruktif. Dunia serasa kiamat apabila penganut ini mengalami putus cinta.


    Penganut cinta ini selalu merasakan ketakutan untuk berpisah, cenderung untuk cemburu, dan posesif. Tahapan ini mengubah hubungan menjadi nyata. Penganut Mania tidak pernah membiarkan pasangannya melihat ketidaksempurnaan di dalam diri sendiri.

  4. Storge
    Cinta akan tumbuh perlahan melalui pengalaman bersama. Cinta Storge muncul dari sebuah persahabatan yang mantap, membumi, dan dapat bertahan lama. Biasanya, jenis cinta ini dialamai oleh mereka yang sudah berpacaran selama 6-12 bulan.


    Pecinta Storge sering menyebut, "Kekasih saya adalah sahabat yang terbaik." Asmaranya tidak lagi menggebu, karena selalu merasa bahagia saat bersama-sama. Pertengkaran tidaklah lagi menjadi isu yang dominan.

  5. Pragma
    Kombinasi dari Storge dan Ludus. Biasanya, Pragma dianut oleh mereka yang memiliki kepribadian dewasa dan matang. Mereka cenderung bersikap realistis dan praktis.


    Dalam berpacaran, Pragma merupakan tahapan cinta ketika memasuki bulan ke-12 hingga ke-18. Kebersamaan yang dirasakan seolah-olah seperti bersama dengan seorang sahabat baik. Dalam tahap ini, getaran cinta sudah mantap.

  6. Agape
    Agape selalu memberi tanpa pamrih. Jenis cinta ini menunjukkan bahwa cinta memiliki kekuatan yang melebihi ego dan fisik semata. Inilah cinta yang tidak egois.


    Seseorang yang dengan setia mengurus kedua orang tuanya yang sudah renta merupakan salah satu perwujudan cinta Agape. Hanya memberi tak harap kembali. Agape merupakan perwujudan cinta yang tertinggi.

Sumber: Majalah FOKUS edisi Februari 2007.