Minggu, 11 September 2011

Berpikir Positif

Salah satu hal yang sangat mungkin kita kendalikan sendiri adalah bagaimana cara berpikir kita. Kalau kita mau berpikir positif, maka kita memiliki kesempatan untuk membuang segala hal yang tidak baik, memungkinkan kita untuk menjaga perasaan kita, menjaga langkah perjalanan kita, dan menjaga hubungan kita dengan orang lain. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam rangka membangun cara berpikir positif:

  1. Bersikap tenang
    Jangan biarkan orang lain membuat kita emosi, sebab mereka menjadi pihak yang menang dan kita yang kalah. Kita memiliki pilihan untuk marah atau tidak marah, tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi kita. Marah atau tidak marah bukanlah sesuatu yang harus dikerjakan. Kita harus memilihnya; memilih marah atau tidak marah.

  2. Buanglah hal-hal buruk yang pernah terpikir dan terjadi
    Menyimpan hal-hal atau peristiwa-peristiwa buruk dan bersiap-siap untuk membalasnya adalah sikap dan tindakan hidup yang merusak diri sendiri dan orang lain. Apa perlu kita menyimpan hal-hal buruk kalau hal-hal itu tidak diperlukan dan tidak ada gunanya? Apa untungnya kita melakukan hal-hal buruk kalau hal-hal itu justru menggambarkan kejelekan kita sendiri dan merusak hubungan dengan orang lain? Rasanya memang tidak ada gunanya, tidak ada perlunya!


  3. Mencari sisi-sisi baik dan memperbaiki sisi-sisi yang buruk
    Mau tidak mau, kita harus mengakui apa pun, siapa pun selalu memiliki sisi baik-buruk, sisi yang menyenangkan-tidak menyenangkan, sisi positif-negatif. Itu hal yang wajar. Akan menjadi tidak wajar jika kita memandang sesuatu dengan hanya memperhatikan hal-hal yang jeleknya saja. Padahal, ada sisi baik, indah, positif, dan sisi yang menyenangkan. Sikap orang yang sudah diselamatkan adalah ketika ia melihat sesuatu (benda atau manusia), ia akan melihat dalam keseimbangan. Apa yang baik akan dilihat sebagai sesuatu yang perlu dikembangkan, sedangkan hal-hal buruk dilihat sebagai hal-hal yang perlu diperbaiki. Hal-hal baik perlu diambil, sedangkan hal-hal yang tidak baik perlu dibuang (Roma 12:2). Hal-hal yang baik harus menjadi titik pandang ketika kita menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan.

  4. Memandang kesulitan sebagai tantangan dan peluang untuk maju
    Oleh sebab itu, hadapilah setiap kesulitan yang ada dan kalahkanlah kesulitan. Jangan lari dari kesulitan. Apabila kita berlari, kita tidak memiliki pengalaman menghadapi kesulitan, kita tidak memiliki kekuatan dan ketangguhan dalam menghadapi kesulitan.

Sumber diambil dari buku Dewasa Dalam Kristus 2
"Gaya Hidup dan Kekristenan"

karya Pdt. Himawan Djaja Endra, M.Min.

Jumat, 09 September 2011

Heroik

"Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu. (1 Samuel 17:37)

Majalah Tempo edisi khusus tokoh pilihan menulis tentang sembilan pahlawan dari tanah bencana. Dan, salah satu tokoh yang ditulis di situ adalah Ferry Imbiri, seorang guru SD Inpres Wasior. Kisah heroiknya dicatat bukan hanya karena ia mengambil keputusan meliburkan anak-anak tatkala melihat air sungai meluap, tiga puluh menit sebelum bencana air bah menimpa Wasior. Akan tetapi, juga keberaniannya mengarungi derasnya air dengan menggandeng tujuh orang di tangannya.

Di dalam Alkitab juga ada seseorang yang memiliki sikap heroik, yaitu Daud. Anak bungsu Isai yang masih sangat muda dan perawakannya belum sebesar atau segagah kakak-kakaknya yang menjadi barisan tentara Saul. Akan tetapi, di tengah ketakutan yang melanda seluruh tentara Israel karena digertak oleh Goliat, Daud memberanikan diri untuk maju melawan sang pahlawan dari negeri Filistin. Daud maju bukan karena ia nekat atau sok berani (apalagi berharap upah atau penghargaan), melainkan ia maju karena tidak terima melihat bangsanya—barisan tentara Allah—diolok-olok sedemikian rupa. Berangkat dari hati yang seperti inilah akhirnya Daud tampil menjadi sosok heroik di Israel.


Seorang yang berjiwa heroik masih terus dibutuhkan hingga saat ini. Seseorang yang menolong orang lain tanpa memedulikan keuntungan apa yang akan ia peroleh. Seseorang yang tidak mengharapkan pujian atas perbuatan baiknya tidak akan memanfaatkan kesempatan untuk keuntungan di tengah kesempitan yang dialami orang lain. Seseorang bangkit menolong yang lain karena hatinya mengasihi Tuhan dan sesama.

Tolonglah orang tanpa pamrih.
Itulah sikap hati PAHLAWAN yang sesungguhnya.

Sumber
: http://www.renunganharian.net/index.php/2011/8-september/7-heroik