Sabtu, 07 September 2013

Ahok

Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dengan nama Ahok adalah politikus asal Belitung. Dia menjadi pasangan Jokowi dalam Pemilu Gubernur DKI Jakarta 2012. Pada pemilu tahun 2012, Jokowi dan Ahok terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur menggantikan Usman Saleh.


Ahok lahir di Belitung pada tanggal 29 Juni 1966. Dia adalah anak pertama dari pasangan Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsih yang merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia. Bersama dengan ketiga adiknya, Ahok menghabiskan masa kecilnya di Desa Gantung, Belitung Timur, hingga tamat Sekolah Menengah Pertama. Setelah itu, Ahok hijrah ke Jakarta untuk meneruskan pendidikannya.

Di Jakarta, Ahok menimba Ilmu di Universitas Trisakti dengan mengambil Jurusan Teknik Geologi di Fakultas Teknik Mineral. Setelah lulus dan mendapatkan gelar Insinyur Geologi pada tahun 1989 Ahok kembali ke Belitung dan mendirikan CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah.

Dua tahun kemudian, Ahok melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya. Setelah mendapatkan gelar Magister Manajemen, dia kemudian bernaung di bawah PT Simaxindo Primadaya dengan menjabat sebagai Staf Direksi bidang Analisis Biaya dan Keuangan Proyek.

Dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya bekerja, Ahok mendirikan PT Nurindra Ekapersada, yang merupakan awal perjalanan dari Gravel Pack Sand (GPS). Setelah berhenti bekerja untuk PT Simaxindo, Ahok mendirikan pabrik pengolahan pasir kuarsa pertama di Belitung, yang berlokasi di Dusun Burung Mandi. Perusahaan tersebut dia dirikan dengan mengadopsi dan mengadaptasi teknologi Amerika Serikat dan Jerman. Bersama dengan berkembangnya pabrik tersebut, kawasan industri dan pelabuhan samudra berkembang. Kawasan tersebut sekarang dikenal dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).
Kemudian, pada tahun 2004, Ahok berhasil meyakinkan seorang investor Korea untuk membangun Tin Smelter atau peleburan bijih timah di KIAK.

Pada tahun itu juga, Ahok mulai bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) dan ditunjuk sebagai ketua DPC PIB Kabupaten Belitung. Pada Pemilu 2004, dia terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Belitung hingga tahun 2009.

Satu tahun kemudian, setelah mengantongi 37% lebih suara rakyat, Ahok menjabat sebagai Bupati Belitung Timur. Dalam pemerintahannya, Ahok membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warga, tanpa kecuali. Namun, pada 22 Desember 2006, Ahok resmi mengundurkan diri dari pemerintahan dan menyerahkan jabatan tersebut kepada wakilnya, Khairul Effendi.

Pada tahun 2007, Ahok mencalonkan diri untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung. Pada saat itu, dia mendapatkan dukungan penuh dari Abdurrahman Wahid. Namun, dia kalah dengan Eko Maulana Ali. Pada tahun yang sama, Ahok mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi. program pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi Belitung Timur juga berhasil mengantarkan Ahok untuk meraih penghargaan tersebut.

Kemudian, pada tahun 2008, Ahok meluncurkan sebuah buku berjudul "Merubah Indonesia". Ahok adalah seorang ayah dari Nicholas, Natania, dan Daud Albeenner, dan seorang suami bagi seorang wanita asal Medan, Veronica.

Sebagai wakil gubernur DKI, Ahok juga sudah mempunyai rencana akan membenahi sistem transportasi dengan memperbanyak jumlah busway sampai seribu unit yang diperuntukkan khusus bagi orang cacat, anak-anak, dan perempuan. Bahkan monorel serta kereta gratis yang menghubungkan Blok M sampai Monas juga akan diadakan. Meski menjadi orang nomor dua di ibukota, dia tetap tampil sederhana. Ahok mengaku tidak pernah pusing memikirkan pakaian dan sepatu yang dipakainya hanya itu-itu saja setiap waktu.

Maju terus, Bung Ahok! Semoga Tuhan memberkati Anda dan negara Indonesia!

Sumber:
http://profil.merdeka.com/indonesia/b/basuki-tjahaja-purnama/

Rabu, 04 September 2013

Mukjizat Itu Nyata

"Bukan kar'na kekuatan: namun Roh-Mu, ya Tuhan.
Ketika kuberdoa, mukjizat itu nyata"


Rabu, tanggal 28 Agustus 2013, waktu telah menunjukkan pukul 16.10 WITA. Ketika itu, saya sedang larut dalam tumpukan pekerjaan dari klien. Namun, secara tiba-tiba, muncullah sebuah surat elektronik (email) dari seorang sekretaris di kantor saya. Isi email itu menjelaskan mengenai sebuah kontes fotografi yang diadakan secara internal oleh pihak kantor. Sebagai salah satu kontestan yang ikut berpartisipasi, kontan saya menjadi penasaran dengan isi email tersebut. Berikut adalah penggalan kata yang saya baca.


"Puji Tuhan!" dalam hati saya mengucap syukur. Foto yang saya lombakan ternyata masuk nominasi 10 besar. Alangkah bahagianya saya mengetahui hasil jerih payah selama 6 bulan terakhir justru berbuah manis. Ya, walau memang belum termasuk kategori profesional sih. Tapi, yang perlu diingat adalah hanya dengan bermodalkan kamera DSLR standar yang saya beli pada bulan Desember 2012, saya setidaknya dapat menorehkan nama saya di antara kolega-kolega yang sudah berpengalaman di bidang fotografi terlebih dahulu.

Jujur, memang ada sedikit rasa kecewa ketika mengetahui kantor hanya meresmikan 4 finalis saja (dari 10 nominasi) yang benar-benar dilombakan untuk khalayak umum. Tak apa lah, toh saya sudah senang dengan nama saya yang tembus 10 besar dari sekian kontestan. Hal ini merupakan pencapaian tersendiri bagi saya dan orang-orang yang saya cintai. Saya masih harus banyak belajar untuk bisa bersaing dengan 4 orang sakti itu di lomba yang akan datang (hehehe).

Semoga Tuhan memberkati!

Jumat, 09 Agustus 2013

Two Faces of Lebaran

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)

Lebaran merupakan momen yang paling indah bagi saudara-saudara Muslim karena mereka merayakan kemenangan mereka atas godaan dan nafsu duniawi selama satu bulan penuh. Momen Lebaran biasanya ditandai dengan meningkatnya arus mudik menuju "kampung halaman" masing-masing pemudik. Mereka berbondong-bondong kembali ke daerah asalnya untuk bersilaturahmi dengan anggota keluarga dan sanak saudara.

Di Indonesia, momen Lebaran ini biasanya dimanfaatkan juga oleh khalayak non-Muslim untuk "ikut-ikutan" berlibur panjang. Hal ini mengakibatkan perpindahan jumlah penduduk dari daerah modern menuju daerah lain secara signifikan. Saya ambil contoh suasana kota Bandung yang relatif sepi di dua hari Lebaran ini (8 dan 9 Agustus 2013). Suasana yang sepi ini menggambarkan begitu timpangnya perbandingan mobilitas sebuah kota Bandung dibandingkan dengan akhir pekan yang biasanya dipenuhi oleh mobil-mobil berpelat nomor B (asal Jakarta dan sekitarnya).

Kota Bandung sepi pengunjung

Lain halnya dengan suasana Bali, di mana orang malah berlomba-lomba untuk menikmati liburan sambil memboyong keluarga ke tempat-tempat wisata tertentu.

Pantai Kuta menjadi padat

Saya terkadang heran, "Apakah sebegitu semunya pemikiran manusia di jaman yang modern ini?" Oke lah, seandainya ada tiket promo untuk berlibur akhir pekan di libur Lebaran ini. Tapi, bukankah lebih baik jika uang yang digunakan untuk berlibur ini disimpan demi keperluan sehari-hari?

Contoh, saya memiliki beberapa kolega yang sering mengeluh di akhir bulan bahwa mereka sedang menunggu "cendol" yang ditransfer oleh pihak kantor ke rekening masing-masing karyawan. Kebanyakan dari mereka bercerita saat makan siang, "Lagi ngirit nih, belum dapet cendol." Atau mungkin berdalih ketika diajak nonton film paling anyar ke bioskop, "Bokek, Gan. Belum ada yang bening-bening di rekening ane." Dan seterusnya, dan seterusnya, dst.

Menyikapi kejadian ini, saya hanya ingin mengingatkan supaya kita tidak menjadi takabur semata-mata oleh keadaan di sekeliling kita. Berlibur memang perlu, tapi jangan sampai menyiksa diri. Saya merasa mendengar cerita lama seandainya ada di antara kita yang mengeluhkan gaji yang tidak pernah cukup untuk hidup sebulan, tapi selalu cukup untuk dihambur-hamburkan dalam hitungan hari.

Kesannya konyol, bukan?
Hahaha, semoga tidak terjadi di antara teman-teman yang membaca artikel ini ya.

Semoga Tuhan memberkati!

Sumber: