- Bersikap tenang
Jangan biarkan orang lain membuat kita emosi, sebab mereka menjadi pihak yang menang dan kita yang kalah. Kita memiliki pilihan untuk marah atau tidak marah, tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi kita. Marah atau tidak marah bukanlah sesuatu yang harus dikerjakan. Kita harus memilihnya; memilih marah atau tidak marah. - Buanglah hal-hal buruk yang pernah terpikir dan terjadi
Menyimpan hal-hal atau peristiwa-peristiwa buruk dan bersiap-siap untuk membalasnya adalah sikap dan tindakan hidup yang merusak diri sendiri dan orang lain. Apa perlu kita menyimpan hal-hal buruk kalau hal-hal itu tidak diperlukan dan tidak ada gunanya? Apa untungnya kita melakukan hal-hal buruk kalau hal-hal itu justru menggambarkan kejelekan kita sendiri dan merusak hubungan dengan orang lain? Rasanya memang tidak ada gunanya, tidak ada perlunya! - Mencari sisi-sisi baik dan memperbaiki sisi-sisi yang buruk
Mau tidak mau, kita harus mengakui apa pun, siapa pun selalu memiliki sisi baik-buruk, sisi yang menyenangkan-tidak menyenangkan, sisi positif-negatif. Itu hal yang wajar. Akan menjadi tidak wajar jika kita memandang sesuatu dengan hanya memperhatikan hal-hal yang jeleknya saja. Padahal, ada sisi baik, indah, positif, dan sisi yang menyenangkan. Sikap orang yang sudah diselamatkan adalah ketika ia melihat sesuatu (benda atau manusia), ia akan melihat dalam keseimbangan. Apa yang baik akan dilihat sebagai sesuatu yang perlu dikembangkan, sedangkan hal-hal buruk dilihat sebagai hal-hal yang perlu diperbaiki. Hal-hal baik perlu diambil, sedangkan hal-hal yang tidak baik perlu dibuang (Roma 12:2). Hal-hal yang baik harus menjadi titik pandang ketika kita menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan. - Memandang kesulitan sebagai tantangan dan peluang untuk maju
Oleh sebab itu, hadapilah setiap kesulitan yang ada dan kalahkanlah kesulitan. Jangan lari dari kesulitan. Apabila kita berlari, kita tidak memiliki pengalaman menghadapi kesulitan, kita tidak memiliki kekuatan dan ketangguhan dalam menghadapi kesulitan.
Sumber diambil dari buku Dewasa Dalam Kristus 2
"Gaya Hidup dan Kekristenan"
karya Pdt. Himawan Djaja Endra, M.Min.