Adalah sebuah pertanyaan yang menyangkut pemahaman kita mengenai doa. Ada cukup banyak orang yang bertanya dan berpendapat demikian. Sehingga tidak sedikit orang kristen yang enggan menyediakan waktu khususnya untuk berdoa kepada Allah Bapanya. Oleh karena pertanyaan tersebut berhubungan erat dengan pemahaman mengenai doa, maka mau tidak mau dalam pembahasannya kita harus berbicara mengenai hakikat doa itu sendiri.
Apakah tujuan utama kita berdoa hanyalah untuk mendapatkan segala sesuatu dari Allah? Berita Alkitab meyakinkan kita bahwa Allah mendengar doa kita dan sebagai tanggapanNya Dia memberi apa yang kita butuhkan (Matius 6:5-13; 7:7-11). Memberikan apa yang kita butuhkan tidak sama dengan apa yang menjadi keinginan kita. Allah pasti memberikan apa yang terbaik bagi kita sebab Ia sangat mengenal dan mengasihi kita. Tetapi benarkah itu alasan utama Tuhan Yesus mengajarkan kita sebuah doa (Doa Bapa Kami) dan Rasul Paulus menasihatkan kita untuk tetap berdoa (I Tesalonika 5:17; Filipi 4:6)?
George MacDonald menyodorkan dasar pemikirannya mengenai doa sebagai berikut: “Apa yang akan terjadi jika Allah tahu bahwa doa adalah segala sesuatu yang paling kita butuhkan? Apa yang akan terjadi jika tujuan utama dari Doa Bapa Kami adalah untuk menyediakan kebutuhan kita yang tiada berakhir akan Tuhan?
Rasa lapar dapat menggiring anak yang hilang untuk pulang ke rumah (dalam perumpamaan anak yang hilang). Barangkali ia dapat segera makan, tetapi ia lebih membutuhkan orangtuanya dari pada hidangan makan malam. Persekutuan dengan Allah merupakan kebutuhan jiwa yang melebihi segala kebutuhan lainnya. Doa adalah awal persekutuan tersebut; awal komunikasi dengan Allah, suatu kebersamaan dengan Allah merupakan tujuan tunggal doa; dan awal dari kehidupan doa itu sendiri.
Kita harus meminta supaya mendapatkan. Namun apa yang menurut kita seharusnya kita terima, misalnya sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup, sebenarnya bukan cara Allah membuat kita berdoa. Allah dapat memberi kita segala sesuatu tanpa adanya doa kita. Namun agar anak-anakNya sujud ke hadiratNya.”
Dari ucapan George MacDonald ini kita dapat mengatakan bahwa Allah sebenarnya dapat saja memberikan apa yang kita butuhkan tanpa doa kita. Tetapi Allah mengajarkan dan meminta kita berdoa kepadaNya karena Allah ingin agar kita datang kepadaNya. Dia menginginkan persekutuan dengan kita. Tujuan doa yang Yesus ajarkan bukan untuk membuat kita duduk dan meminta. Dia ingin kita mengenalNya dan sujud menyembahNya. Doa adalah salah satu cara yang dipakai Allah untuk menyempurnakan tujuanNya tersebut.
Sewaktu kecil saya sering bermain dengan ayah saya. Ayah saya menggenggam beberapa keping uang logam di dalam tangannya dan mengizinkan saya untuk berusaha membuka jari-jari tangannya untuk mengambil uang logam tersebut. Saya duduk dipangkuannya dan berusaha mendapatkan uang tersebut. Begitu saya berhasil mendapatkan uang tersebut saya berteriak dengan gembira dan melompat turun untuk menunjukkan dengan bangga apa yang telah saya dapatkan. Ayah saya tampak senang dapat membuat anaknya tertawa dan bermain sambil duduk dipangkuannya. Uang logam itu sendiri tidak terlalu penting melainkan rasa kebersamaan dan keintiman hubungan yang terjalin antara bapak dengan anaknya.
Ketika berdoa sering kali pusat perhatian kita tertuju pada hadiah (berkat) di tangan Tuhan dan mengabaikan tangan Tuhan itu sendiri. Kita berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh pekerjaan baru, kebutuhan hidup sehari-hari, keselamatan dalam perjalanan atau untuk pemulihan kesehatan dan lain sebagainya. Ketika kita memperoleh berkat Tuhan tersebut kita menjadi sangat senang.
Tetapi selanjutnya kita hanya sedikit berbicara kepada Allah di dalam doa. Jika kita hanya mengejar hal-hal tersebut maka itu berarti tangan Tuhan hanya melayani kita pada saat kita sakit, membutuhkan makanan, mencari pekerjaan, mencari pasangan hidup atau menolong kita melewati masa kritis. Setelah segala kebutuhan itu terpenuhi, tangan Tuhan itu sendiri tidak ada artinya bagi kita.
Sikap seperti ini memperlihatkan bahwa kita menganggap rendah Tuhan. Ia kita tempatkan hanya sebagai pesuruh kita. Ia kita anggap sebagai pembantu yang harus tahu segala kemauan tuannya dan kita adalah tuanNYa. Suatu bentuk keegoisan serta kesombongan dan bukannya penyangkalan diri dihadapan Tuhan.
Pada saat Allah dengan anugerahNya memberikan berkat bagi anak-anakNya, Dia menawarkan sesuatu yang lebih dari itu. Allah menawarkan diriNya sendiri. Mereka yang sudah cukup puas hanya dengan pernik-pernik hiasan indah di tangan Allah akan kehilangan berkat terbaik dari doa, yaitu berkat untuk dapat berkomunikasi dan berhubungan erat dengan Allah pencipta semesta alam dan yang telah berkurban untuk penebusan segala dosa manusia.
Dari pemahaman tersebut kita dapat melihat beberapa hal yang merupakan hakikat sebuah doa :
- Doa adalah sebuah bentuk ekspresi hubungan kita dengan Tuhan. Suatu sarana berkomunikasi untuk menjalin keintiman hubungan dengan Allah.
- Doa dapat juga dikatakan sebagai percakapan dari hati ke hati antara bapak dan anak yang saling mengasihi.
- Doa adalah sebuah bentuk penyerahan diri kepada Tuhan. Suatu pengakuan bahwa tidak ada kehidupan di luar pemeliharaanNya. Dengan demikian, doa menjadi sarana pengakuan bahwa hidup dan kehidupan kita sangat bergantung kepada Allah.
Sehingga, doa bukanlah alat bagi kita untuk meminta sesuatu kepada Allah apalagi memaksakan kehendak kita kepadaNya. Doa adalah alat untuk berkomunikasi dan berhubungan erat dengan Allah. Di dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan yang erat dengan Allah itu kita dapat mengungkapkan apa yang menjadi isi hati, pergumulan dan kebutuhan kita tanpa rasa takut; tetapi tetap dengan sikap hormat dan percaya serta berserah penuh pada bimbingan dan pertolonganNya.
Berdoa kepada Allah sangat perlu bagi kesehatan rohani kita. Doa yang sungguh-sungguh lahir dari hati yang paling dalam, yang bersumber dari ketiga hal tersebut di atas sangat diperlukan bagi jiwa seperti air bagi kebun. Tanpa itu tidak akan ada pertumbuhan rohani. Dalam hubungan yang intim seperti inilah kita memperoleh kekuatan yang diperbarui, kebijaksanaan yang sesungguhnya dan sukacita yang dalam dalam menjalani hidup; yang tidak diukur dari jumlah materi yang dimiliki.
Apabila saudara sudah memahami apa yang dimaksudkan dengan sebuah doa dan apa yang menjadi tujuan utama mengapa Allah mengajarkan kita berdoa masihkah perlu bertanya, “mengapa saya harus berdoa kalau Tuhan sudah tahu segalanya?”
Amin.
Sumber : http://gkikebonjati.org/index.php?option=com_content&view=article&id=69:mengapa-saya-harus-berdoa&catid=44:pengembangan-diri&Itemid=80