Minggu, 14 Februari 2010

Tegar Mekar Di Dalam Kesukaran

“Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita.Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” (Ibrani 12: 11)

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada masa pendudukan Jepang sebuah pulau kecil yang terletak dekat Lampung dan Bengkulu yang bernama pulau Enggano menjadi tempat penyimpanan persediaan makanan bagi tentara Jepang. Ketika tentara Jepang menyerah semua isi gudang tersebut ditinggalkan bagi penduduk setempat. Ternyata isi gudang itu luar biasa banyaknya. Pafdahal jumlah penduduk Enggano pada waktu itu sekitar limaratus orang. Maka dibagilah semua isi gudang itu secara merata kepada semua penduduk. Tiap jiwa termasuk bayi mendapat jatah 4 karung beras, 1 peti corned beef, 1 peti ikan sarden, 10 kaleng besar biskuit dan banyak jenis makanan lainnya dalam peti yang besar. Dengan persediaan makanan yang begitu banyak di tiap rumah, orang tidak merasa perlu lagi bersawah dan berkebun. Tiap hari mereka hanya bersantai-santai..

Dua tahun kemudian persediaan makanan itu mulai habis. Lalu mereka mulai menggarap sawah lagi. Tetapi apa yang terjadi dengan sawah mereka? Sawah dan kebun mereka telah penuh dengan alang-alang. Diperlukan beberapa bulan untuk mengolah tanah itu. Ketika mereka bisa menanam keadaan sudah terlambat. Persediaan makanan sudah betul-betul habis. Untuk menunggu panen diperlukan waktu setengah tahun. Akibatnya mereka kelaparan.

Apa yang sebenarnya terjadi? Penduduk pulau ini mendapat begitu banyak kemudahan. Mereka tidak perlu bekerja karena ada persediaan makanan untuk sekian tahun. Kemudahan membuat orang jadi terlena.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Pada hakikatnya setiap orang cemnderung memilih yang mudah. Mudah berarti tidak memerlukan tenaga dan pikiran dalam mengerjakannya. Mudah berarti tidak mengalami kesukaran. Dan kita lebih senang berada dalam keadaan yang mudah. Oleh sebab itu jangan heran apabila masalah korupsi, penipuan, pemalsuan ijazah dan lain sebagainya sulit diberantas; karena memang orang suka yang serba mudah, gampang dan cepat. Jarang orang mau menghadapi tantangan dan kesukaran.

Seorang ahli ilmu sosial budaya yang bernama Arnold Toynbee mengatakan bahwa dari sejak jaman purbakala hingga jaman moderen ini kelompok masyarakat yang lebih cepat maju dan berkembang adalah kelompok masyarakat pendatang. Para pendatang ini terbuka pikirannya dan lebih siap menghadapi ketidakpastian, perubahan, tantangan dan kesukaran sekalipun. Mereka datang dengan tangan kosong tapi hati penuh dengan idealisme. Sedangkan penduduk asli setempat sudah mapan dengan segala kemudahan sehingga tidak mempunyai dorongan untuk banting tulang seperti pendatang ini. Karena itu para pendatang umumnya lebih maju karena mereka lebih ulet, lebih tekun, lebih hemat dan lebih rajin.


Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Alkitab kita memberi kesaksian bahwa walaupun Allah sangat mengasihi umatNya namun Allah tidak memberi kemudahan melainkan mereka harus berjuang melawan krisis hidup yang mereka alami. Dalam peristiwa keluarnya umat Allah dari Mesir menuju tanah Kanaan hal ini tampak jelas. Sebenarnya jarak yang harus ditempauh dari Mesir ke Israel jaraknya hanya 250 Km atau kira-kira seperti dari Bandung ke Purwokerto. Secra wajar perjalanan ini dapat ditempuh dalam 40 hari; tetapi Allah membawa mereka ke jalan yang lebih sukar dan banyak tantangan. Sehingga perjalanan itu memakan waktu 40 tahun. Ini bukan karena Allah tidak mengasihi mereka. Tetapi justru karena Allah mengasihi mereka maka Allah membawa mereka ke tempat seperti itu agar bangsa Israel bertumbuh menjadi bangsa yang tangguh. Dan sampai sekarang bangsa Israel adalah bangsa yang tangguh.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Ibrani 12: 5-11 yang kita baca bersama memperlihatkan kepada kita prinsip-prinsip dasar mengapa Allah mendidik kita, bagaimana Allah mendidik kita dan untuk apa Allah mendidik kita. Dari perikop bacaan ini setidaknya dapat dilihat ada enam hal pokok yang harus kita perhatikan, yaitu:

  1. Allah digambarkan sebagai orangtua dan kita adalah anak-anak yang dikasihiNya.

  2. Oleh karena kita adalah anak-anak yang dikasihiNya maka Allah mendidik kita.

  3. Cara mendidik yang baik bukanlah dengan memberi kemudahan tetapi dengan memberi teguran, peringatan, bimbingan dan arahan agar mampu mengatasi persoalan.

  4. Oleh karena cara mendidik yang baik adalah dengan memberikan kemampuan dalam menghadapi persolan agar menjadi manusia yang tangguh maka oleh sebab itu Allah memberikan teguran, bimbingan dan arahannya.
    Banyak orang berpikir kalau Allah mengasihi mereka maka mereka akan selalu berhasil, tidak pernah mengalami kesukaran dan segala apa yang kita minta akan diberikan. Kalau Allah berbuat seperti ini maka kita akan menjadi manusia-manusia kristen yang suka merengek, tidak tahan uji dan cepat menyerah, takut menghadapi persoalan dan kesulitan padahal hidup ini terdiri dari pelbagai kesulitan: pelajaran, pekerjaan, pergaulan, pernikahan, kesehatan, keuangan dan sebagainya. Karena Allah mengasihi kita dan ingin mendidik kita agar menjadi manusia yang tangguh maka Ia tidak membuat kita lepas dari pergumulan, kesukaran, tantangan, krisis. Dan kerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup setiap hari. Dan dalam menjalani itu semua Allah memberikan teguran, peringatan kalau kita berbuat salah baik melalui firmanNya atau melalui orang lain.

  5. Peringatan, teguran, ajaran, didikan Allah memang kadang terasa tidak menyenangkan. Sebab pada prinsipnya siapa yang mau harus kerja keras, siapa yang mau diperingatkan Allah melalui orang lain firmanNya. Sebab tidak sedikit orang yang marah kalau kita tunjukkan kesalahanya dan tidak sedikit juga orang yang menutup Alkitabnya klau apa yang dia baca menunjukkan kesalahan dan kelemahannya.

  6. Tetapi pengajaran Allah ini yang kadang terasa tidak menyenangkan dalam jangka panjang memberi manfat yang baik bagi diri kita.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Di tengah kesulitan dan krisis moneter seperti sekarang ini ada banyak orang yang berpendapat bahwa ini adalah hukuman Tuhan. Sebagai umat Allah kita jangan berpendapat seperti ini. Sebab kalau kita ikut-ikutan berpikir bahwa ini adalah hukuman Tuhan kita akan berpikir pasif. Tidak mau mencari jalan keluarnya. Dan yang perlu kita ingat bahwa Tuhan tidak pernah mengutuk manusia. Kalaupun kita mengalami kesulitan seperti sekarang ini marilah kita berpikir kalau saat ini adalah saat dimana Tuhan sedang mendidik kita.

Dalam situasi sekarang ini ada juga orang yang putus asa. Oleh sebab itulah kita mendengar banyak terjadi penjarahan dimana-dimana akhir-akhir ini. Tentunya ini bukan sikap yang terpuji. Berputus asa bukanlah sikap yang tepat untuk keluar dari persoalan yang sedang kita hadapi.

Saudara, sebuah tantangan kehidupan dapat menjadi batu loncatan untuk maju atau batu penghalang. Dan itu tergantung kepada kita bagaimana melihat setiap kesukaran yang kita alami. Allah mendidik bangsa Israel selama 40 tahun agar mereka menjadi manusia tangguh yang dapat melihat setiap tantangan, setiap persoalan, setiap kesulitan adalah kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih tangguh, lebih maju, lebih baik dan lebih berhasil dari sebelumnya.

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Janganlah kita kalah dalam menghadapi situasi kehidupan yang semakin sulit ini. Jangan kita menyerah terhadap krisis. Tetapi jadikanlah krisis eknomi dan kehidupan lainnya yang sedang kita hadapi sebagai kesempatan dan peluang untuk memperbaiki diri, memperbaiki kehidupan keluarga. Memperbaiki kualitas kerja, memperbaiki kepribadian kita agar lebih dewasa.

Amin.

Sumber : http://gkikebonjati.org/index.php?option=com_content&view=article&id=68:tegar-mekar-di-dalam-kesukaran&catid=44:pengembangan-diri&Itemid=80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar