Ada sebuah artikel yang bercerita tentang seorang pria yang melakukan 'leap of faith'; seorang eksekutif sebuah perusahaan ternama yang kemudian berganti profesi menjadi seorang stock broker dengan memulai segalanya dari awal kembali.
Koran LA Times menceritakan tentang seorang engineer dari Korea, dengan karirnya yang cemerlang, melakukan lompatan iman dengan meninggalkan pekerjaannya dan berganti haluan menjadi seorang pendeta. Menurut pengakuannya, ia mendapat panggilan dari Tuhan untuk melayani. Ia meninggalkan karirnya dan mengambil pendidikan theologi. Dengan berbekal gelar Ph.D dari Biola University, ia melayani jemaat komunitas Korea di Los Angeles dan sekitarnya.
Sama halnya dengan Abram. Ia meninggalkan sanak keluarganya di Uhr Kasdim untuk berkelana menuju ke 'tanah perjanjian' yang tidak diketahui di mana tempatnya. Ia hanya berbekal iman kepada Tuhan yang telah memanggilnya. Kita tahu nama Abram kemudian berubah menjadi Abraham, yang memiliki arti bapak orang-orang beriman.
Pada Perjanjian Baru, Yesus melakukan lompatan iman terbesar dalam sejarah umat manusia. Yesus menyerahkan dirinya untuk disalib tanpa kesalahan apa pun. Dengan iman kepada Bapa-Nya, yang telah mengutus Dia datang ke dunia. Yesus datang untuk menebus manusia, untuk disalib.
Melakukan lompatan iman sama sekali tidak mudah. Walau terkadang membaca berbagai cerita terlihat begitu smooth seperti membalikkan telapak tangan saja. Tetapi, pada kenyataannya, penuh perjuangan dan ketekunan.
Si stock broker dikira sinting oleh teman-temannya. Sebab butuh waktu yang cukup lama untuk belajar dan belajar; jatuh bangun kembali tanpa penghasilan untuk beberapa saat. Dalam hal ini memang diperlukan ketekunan dan kerja keras untuk dapat sukses. Abram harus melewati berbagai peperangan dan rintangan di dalam kehidupannya sebelum menjadi Abraham. Yesus bermandikan keringat darah di taman Getsemane dan kedatangan seorang malaikat untuk menguatkan iman-Nya.
Berbagai orang telah melakukan lompatan iman, melangkah maju dengan menghadapi berbagai rintangan dan risiko untuk menggapai keinginannya, demi memenuhi panggilan. Mengambil langkah awal memang berat dan membutuhkan perjuangan, tetapi itu barulah permulaan. Langkah berikutnya membutuhkan ketekunan dan pantang menyerah. Rasul Paulus mengatakan bahwa barang siapa yang bertahan sampai kesudahan, dialah yang akan mendapat mahkota. Hal ini berlaku bukan hanya dalam kehidupan rohani, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa temanku ada yang berputus asa, banyak yang berhenti di tengah jalan untuk menyerah. Padahal aku tahu mereka telah bekerja keras, siang-malam membanting tulang. Mengais kehidupan bukan hanya kesediaan untuk bekerja keras, tetapi juga berjuang untuk mengatasi berbagai halangan yang ada. Masalah pertama adalah bahasa, hal berikutnya adalah pengetahuan/keterampilan. Hal-hal ini haruslah diatasi untuk bisa melangkah ke jenjang berikutnya. Aku pun mempunyai kendala yang sama. Dan itu tidak bisa dihilangkan dengan membalikkan telapak tangan saja.
Di mana ada kemauan di situ ada jalan.
Di mana ada usaha, mahkota keberhasilan akan menanti.
Sumber: http://www.glorianet.org/index.php/goeij/518-iman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar