Minggu, 06 Maret 2011

TAKEN

Sebuah film yang dibintangi oleh Liam Neeson ini menceritakan betapa kelam dan begitu kejamnya kehidupan manusia. Tuntutan nafkah memaksa manusia untuk menghalalkan segala cara, walau hal tersebut melibatkan human trafficking. Hanya saja, korban human trafficking yang mereka pilih ini ternyata memiliki seorang ayah yang protektif dan rela melakukan apa saja untuk menjaga keselamatan putrinya.


Film ini menceritakan seorang pensiunan CIA, Bryan Mills, yang telah bercerai dengan istri dan putrinya akibat sering bertugas (dinas) sepanjang karirnya. Sang mantan istri, Lenore, kini telah berkeluarga dengan seorang milyarder bernama Stuart. Ketika Kim berusia 17 tahun, Bryan berupaya untuk membangun kembali hubungannya dengan sang anak.

Akan tetapi, tidak semua hal berjalan dengan mulus. Belakangan, Kim malah menuntut kepada Bryan supaya dapat diijinkan untuk bermain ke Eropa. Bryan menyadari betul betapa bahayanya untuk membiarkan seorang remaja berkelana di benua yang tidak ia kenal. Setelah berbagai pertimbangan yang alot, Bryan mengijinkan Kim untuk berangkat. Namun, hal yang Bryan khawatirkan malah menjadi kenyataan. Kim, beserta temannya yang bernama Amanda, telah diculik oleh sekelompok orang untuk kemudian dijual sebagai pelacur.

Dengan berbekal pengalaman sebagai agen CIA, Bryan berusaha untuk menelusuri jejak putrinya dengan segala cara. Ia tak peduli apabila harus membunuh setiap orang yang menghalangi niatnya untuk menemukan Kim. Ia lebih mementingkan keselamatan putrinya daripada mempermasalahkan hidup-matinya orang-orang yang berusaha berbuat jahat kepada Bryan dan Kim.

Secara pribadi, walau film ini lebih banyak menampilkan sisi action daripada sisi drama, saya sangat terkesan dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh masing-masing karakter dalam film TAKEN ini. Setidaknya ada lima adegan yang membuat saya terhentak karena nilai yang terkandung dalam adegan-adegan tersebut memang sesuai dengan kehidupan nyata.
  1. Awalnya, Bryan memberikan Kim sebuah hadiah ulang tahun berupa mesin karaoke. Hal tersebut dipandang sebelah mata oleh Kim. Kim malah memilih hadiah mahal berupa seekor kuda dari ayah tirinya, Stuart.


  2. Ketika Bryan menjaga seorang penyanyi, ia bertanya demikian.

    • Bryan: Excuse me, Miss. I've a daughter who wants to be a singer and was wondering if you had any tips.
      (Maaf, Nona. Aku punya anak perempuan yang ingin menjadi penyanyi dan bolehkah saya bertanya apakah Anda punya tips untuk putri saya).

    • Sheerah: Yeah, I do. Tell her to pick another career.
      (Ya, tentu saja. Katakan padanya untuk memilih karir lain).

    Padahal, di akhir konser, Sheerah malah hampir diserang oleh seseorang dengan menggunakan pisau. Apabila Bryan tidak bersikap profesional, bisa saja ia tidak melindungi Sheerah dan membiarkan orang tersebut untuk menusuk.


  3. Ketika Bryan berhasil menemukan orang Albania yang menculik putrinya (Marko Hoxha), ia benar-benar menginterogasi Marko dengan siksaan yang efektif dan tanpa ampun. Setelah memperoleh informasi yang relevan, Bryan malah secara dingin membiarkan Marko tewas tersengat listrik.


  4. Karena informasi dari Marko masih belum cukup, Bryan pergi ke rumah Jean-Claude (rekan lama Bryan yang kini bekerja bagi intelijen Perancis). Jean-Claude mengakui telah menerima suap. Ia kemudian menodong Bryan dengan sebuah pistol supaya Bryan menghentikan pencarian Kim. Namun, ternyata Bryan telah mengeluarkan peluru dari pistol Jean-Claude. Bryan dengan tidak segan menembak istri Jean-Claude supaya ia memberikan alamat Saint-Clair, orang yang melakukan pelelangan pelacur-pelacur.


  5. Ketika Saint-Clair berpikir telah menyingkirkan Bryan, ternyata Bryan masih selamat. Bryan kemudian mulai menginterogerasi Saint-Clair dengan tembakan di sekujur tubuhnya.

    • Saint-Clair: Please understand. It was all business, it wasn't personal.
      (Aku harap kau mengerti. Ini semua hanya bisnis, saya tidak ada maksud pribadi).

    • Bryan: It was all personal to me.
      (Semua hal ini telah menjadikan ini urusan pribadi bagiku).

    Seperti adegan-adegan sebelumnya, Bryan pun tidak kenal ampun. Ia bunuh Saint-Clair hingga peluru di pistolnya habis.


Inti Cerita: Kita harus selalu berhati-hati apabila kita berinteraksi dengan orang/lingkungan yang tidak kita kenal. Kita juga harus berani untuk fight back apabila posisi kita benar-benar terancam. Tidak ada lagi warna abu-abu; yang ada hanyalah warna putih (benar) atau hitam (salah).

Semoga Tuhan memberkati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar