Jumat, 26 Maret 2010

Choky Sitohang: "Saya Ini Hanya Alat Tuhan"

Bagi kebanyakan orang, kesuksesan adalah perpaduan antara bakat dan kerja keras. Namun bagi Choky Sitohang, sukses adalah bagaimana seseorang mampu memenuhi tujuan yang telah Allah tetapkan dalam hidupnya. Dan, ia telah melakukannya.


Pemirsa setia televisi di negeri ini tentu tidak asing dengan pria ini. Wajah tampannya kerap muncul di layar kaca. Ya, bisa dibilang lelaki yang selalu terlihat elegan tersebut adalah presenter terpopuler saat ini. Tak hanya bermodal fisik, pria bertinggi 175 cm dan berat 73 kg ini memang sangat smart membawakan acara. Semua yang ia dapatkan sekarang adalah buah perjuangannya selama 8 tahun.

Impian Masa Kecil
Menjadi presenter adalah impian yang dipendam Choky sejak remaja. Dan itu bukanlah hal yang berlebihan. Sejak usia 4 tahun, Choky sudah menunjukkan bakatnya itu. Ia mampu memesona orang-orang dengan selera humornya. Beranjak remaja, Choky sangat senang memperhatikan para presenter andal di televisi. Tantowi Yahya, Ferdy Hasan, Indy Barends, Tamara Geraldine adalah mentor virtualnya.

Anak pasangan Poltak Sitohang(alm.) dan Diana Br.Napitupulu itu lalu fokus mengejar impiannya. Ia memulai dari lingkup terkecil, yaitu radio. Usia 17 tahun, ia menjadi DJ di Radio Oz Bandung. Di situ, pria Batak yang tumbuh dan besar di Bandung itu mempertajam kemampuannya memandu acara.

Hingga suatu hari di tahun 2002, sang mama melihat di surat kabar, stasiun televisi Lativi membuka lowongan presenter. Choky pun mengadu keberuntungannya. Proses seleksi sebanyak 6 tahap, dilaluinya dengan sempurna. Meski awalnya Choky sempat merasa kelelahan. “Saya gunakan tabungan sendiri untuk biaya transportasi Bandung-Jakarta. Saya naik kereta yang turun di Jatinegara, lalu disambung angkutan umum, dan ojek sampai Pulogadung. Lelah sekali rasanya,” kenang Choky dengan mata menerawang.

Ujian Pertama
Ketika dinyatakan diterima, Choky girang bukang kepalang. Terbayang di benaknya, ia akan memandu berbagai program acara layaknya seorang presenter. Maka, ia sempat terbengong-bengong karena tugas pertamanya adalah meluncur ke kantor Polsek Tebet. “Di sana ada kejadian perkara,” kata Choky menirukan sang koordinator. Perasaan bingung mendera hatinya. “Mengapa harus ke polsek dan wawancara?,” batinnya. Ia dikirim bersama seorang kamerawan. Selepas dari sana, alumnus jurusan Komunikasi Politik, Universitas Bung Karno ini diminta menulis berita. Makin bingung dia.

Selidik punya selidik, ternyata posisi yang ditawarkan adalah news presenter; bukan presenter program acara TV seperti yang diinginkannya. Choky pun akhirnya terjun ke dunia jurnalistik. Sebuah dunia yang tidak pernah ada dalam imajinasinya. Namun, Choky berusaha menikmati hingga akhirnya ia mencintainya. “Saat itu saya sangat menikmati saat-saat on air sebagai pembaca berita dan juga ketika liputan di lapangan,” ujarnya sambil tersenyum.

Aktivitas padat sebagai jurnalis tak membuat Choky melupakan impian masa remajanya. Suatu hari, ia merasa mendapat peneguhan dari Tuhan. Setiap kali menyaksikan para presenter profesional, seperti Indy Barends atau Tamara Geraldine memandu acara di televisi, Tuhan berbicara padanya. “Saat itu Tuhan bilang bahwa saya mempunyai talenta seperti mereka. Kamu akan hebat di sana,” kata pria penggila buku ini.

Mengejar Impian
Konfirmasi dari Tuhan itu membuat Choky memutuskan berhenti bekerja sebagai jurnalis tahun 2005. Seperti janji-Nya, Tuhan pun membukakan jalan buat Choky. Ia diberi kepercayaan memandu program reality show bertajuk Cepetan Dong di RCTI. Ia dikontrak 12 episode sekaligus.

Perasaan Choky serasa melambung. Tinggal selangkah lagi, ia akan meraih impian masa kecilnya, menjadi presenter andal. Namun kenyataan berkata lain. Selepas episode ke-7, Choky tumbang. Bukan karena ada pesaing. Melainkan karena virus hepatitis A menyerang livernya. Selama menjadi wartawan, gaya hidup Choky cenderung tidak sehat. Ia tidak memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsinya. Akibatnya, Choky harus bed rest dan menjalani perawatan intensif selama beberapa bulan.
Kenyataan itu membuatnya terpukul. Ia merasa telah mundur tiga langkah. Lagi-lagi Tuhan menguatkannya. Masa penyembuhan sekaligus menjadi masa perenungan. “Dalam masa penyembuhan, saya mencoba memahami maksud Tuhan,” tutur pria yang selalu mampu bangkit dari keterpurukan karena pertolongan Tuhan.

Akhirnya Datang Juga
Suatu hari, Tuhan bicara padanya secara pribadi, “Persiapkan dirimu karena Aku sedang memberikan kekuatan kepadamu. Lakukan bagianmu. Aku akan lakukan bagian-Ku,” ujar Choky menirukan suara yang didengarnya. Awalnya, Choky sempat bingung namun lambat laun dia mampu mengerti maksud Tuhan. Ia harus bangkit dan kembali berjuang dari titik nol.

Enam bulan setelah sembuh, ia mendapat kesempatan memandu acara My World di JAK-TV. Kariernya mulai bersinar saat ia berbagi stage dengan sang idola, Ferdy Hassan membawakan Good Morning on The Weekend di TransTV tahun 2006. Wajah tampan, kecerdasan, dan lontaran-lontaran kocaknya membawa acara itu memperoleh rating tinggi. Ini menjadi tonggak kariernya hingga menjadi presenter paling populer saat ini.

Kesempatan lebih besar bertubi-tubi menghampirinya. Ia dipercaya membawakan program acara-acara unggulan antara lain Solusi Life O-Channel (2006-2007), Stardut Indosiar (2007-2008), Mamamia Supershow Indosiar (2008), Mario Teguh Golden Ways Metro TV (2008), Euro World Cup RCTI (2008), Happy Song Indosiar (2009-2010), dan puncaknya Take Me Out, Take Him Out, Take A Celebrity Out Indosiar (2009-2010). Melihat semua itu ia berucap bijak, “Saya percaya, janji Tuhan selalu benar. Dia akan menjawab tepat pada waktunya.”

Berbagi Kesaksian Hidup
Atas semua berkat yang telah diterimanya, Choky pun aktif berbagi kesaksian hidup dengan sesamanya. Ia rindu setiap orang mendapat jamahan Tuhan seperti yang dialaminya. Baginya, pelayanan adalah wujud ucapan syukur atas kasih Tuhan dalam hidupnya. “Saya senang mengembalikan talenta saya pada Tuhan. Saya diciptakan Tuhan dengan tujuan mulia dan besar,” tandas jemaat Gereja Duta Injil Ambasador ini. Maka, di tengah kesibukannya sebagai presenter baik on air maupun off air, Choky selalu punya waktu untuk pelayanan. “Dengan talenta itu saya sering berbagi kesaksian hidup, menyanyi memuji Tuhan, dan kadang berkhotbah singkat,” ujar pria yang mengaku dirinya masih saja kerap emosional.

Ucapan syukur itu juga diwujudkan dalam bentuk perpuluhan. Namun, perpuluhan bukanlah untuk menabur benih. Ia hanya mengembalikan apa yang menjadi hak Tuhan. “Ketika saya telah memberikan apa yang menjadi hak Tuhan, itu baru ungkapan wujud terima kasih saya pada Tuhan,” jelas Choky yang tidak pernah meninggalkan ibadah hari Minggu.

Choky memang sosok yang berkarakter kuat sekaligus berkharisma, sehingga banyak orang menyukainya. Namun, lagi-lagi ia hanya merendah, “Saya ini hanya alat yang Tuhan pakai. Tentunya melalui proses panjang serta campur tangan penuh dari Tuhan.”

Penyayang Keluarga
Keluarga adalah salah satu hal penting dalam hidupnya. Seminggu atau dua minggu sekali ia selalu menyempatkan diri pulang ke Bandung. Waktu yang hanya 2-3 hari itu ia manfaatkan semaksimal mungkin, terutama dengan sang mama tercinta. Sejak ayahnya, Poltak Sitohang meninggal dunia tahun 2003 lalu, praktis Choky menjadi tulang punggung keluarga. Pasca meninggalnya sang ayah, hati Choky sempat hancur. ”Saat itu hati saya hancur. Tetapi, keesokan harinya Tuhan sudah buka lagi pemahaman baru tentang hubungan saya dengan ayah dan apa yang masih tersisa di keluarga saya.”

Dahulu, kondisi keluarga Choky tidak seperti sekarang. Dibandingkan beberapa tahun lalu, kondisi keluarganya sudah lebih baik. Hubungan dengan keluarga menjadi lebih hangat. Komunikasi terus berjalan dengan lancar. ”Secara finansial Tuhan sudah tolong kami. Saya yang dahulu tidak punya rumah, sekarang sudah punya. Ini merupakan bukti nyata penyertaan Tuhan,” paparnya. Walau sudah melakukan yang terbaik untuk keluarga, Choky merasa belum bersikap adil dalam membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Ya, Choky adalah sosok yang sudah menemukan tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam hidupnya. Maka, kesukesan yang ia raih tak hanya untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk sesamanya.

Sumber : http://www.ebahana.com/warta-117-Saya-ini-Hanya-Alat-Tuhan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar