Seorang manajer dari sebuah perusahaan mendengar gosip bahwa dirinya akan dipromosikan menjadi seorang General Manager, menggantikan orang sebelumnya yang baru saja mengundurkan diri.
Meski sumber berita itu tidak jelas dari mana datangnya, namun itu cukup membuatnya melayang penuh KEGEMBIRAAN. Mengingat perjalanan karirnya yang dimulai dari bawah, usianya yang masih 29 tahun dan lama kerja yang masih baru di bawah 6 tahun, tentu ini adalah hal yang sangat menggembirakan sekaligus menjadi prestasi yang sangat mentereng.
Namun, seperti pada beberapa perusahaan, selalu ada orang-orang iri yang tidak rela melihat orang lain berhasil. Para manajer yang usianya lebih senior dan sudah bekerja lebih lama dari manajer muda itu juga mendengar kabar burung yang sama dan mulai merasa cemburu. Maka, para manajer yang lebih senior menyebarkan gosip lain yang isinya adalah menjelek-jelekkan manajer muda tersebut. Mulai dari masalah pribadi, hingga fitnah dalam pekerjaan.
Secepat angin berhembus, berita buruk itu segera sampai ke telinga sang manajer muda. Pada awalnya, manajer muda itu masih bisa menahan diri. Namun, semakin hari semakin banyak berita yang ia dengar dan kesabarannya pun semakin tipis. Belum lagi perilaku para manajer senior yang sering menyindir dan mengeluarkan humor-humor sarkasme di depan sang manajer muda.
Hingga suatu hari, dalam sebuah rapat rutin, seluruh manajer hadir di sana dan direktur perusahaan itu mengemukakan sebuah kasus cukup besar yang terjadi di dalam perusahaan itu. Ternyata dalam rapat tersebut seluruh manajer senior bersepakat untuk menyudutkan sang manajer muda, menjadikan ia kambing hitam dan semuanya bersatu padu melemparkan kesalahan pada sang manajer muda.
Ketika perdebatan mulai alot, sang manajer muda mulai frustasi mempertahankan diri. Tiba-tiba ia berdiri dan berteriak kepada seluruh manajer yang ada di sana. Sambil menudingkan jarinya ia membentak geram, “Ucapan kalian semuanya bullshit!!!! Kalian berusaha memojokkan saya karena kalian iri dengan prestasi saya dan tidak mau saya diangkat menjadi General Manager!”
Singkat cerita, manajer muda itu dipanggil oleh sang direktur.
“Saya tahu kamu adalah manajer yang potensial. Tapi siapa yang bilang kalau kamu akan dipromosikan jadi GM? Sampai hari ini manajemen belum memutuskan siapa yang akan menggantikan menjadi GM. Tadinya kami memperhitungkan dirimu, tapi setelah melihat perilakumu di meeting, jelas sudah bahwa kamu belum layak menjadi General Manager.”
Manajer muda itu tidak bodoh. Pendidikan S1 ia selesaikan di salah satu kampus elit Amerika. IQ-nya lebih dari cukup untuk membuat ia sadar bahwa tindakannya di dalam meeting bisa mengancam karirnya. Namun, tetap saja, kepintaran otak kita tidak mampu menyelamatkan kita dari tindakan-tindakan konyol yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Anthony Dio Martin, pernah berkata, “Sebenar apapun posisi Anda, ketika Anda membiarkan emosi mengambil alih tindakan, Anda bisa menjadi salah!”
That’s exactly what happen with that young manager.
WHAT A PITY?
Sumber diambil dari buku "Emotion for Success" karya Josua Iwan Wahyudi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
thanks 4 sharing...
BalasHapuscontrol your own emotion, or they will control you...
salam,
Josua Iwan Wahyudi
Master Trainer EQ Indonesia