Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya (Matius 8:13).
Sesungguhnya ada perbedaan yang sangat mencolok antara percaya dan mempercayakan.
Meski sekilas kata percaya dan mempercayakan sangatlah mirip (bahkan berasal dari akar kata yang sama), dua kata tersebut memiliki substansi yang berbeda.
Dalam bahasa Inggris, kata to believe diterjemahkan sebagai percaya. Sedangkan, kata to trust dalam bahasa Inggris memiliki arti mempercayakan.
Sebagai contoh, Anda mungkin percaya kalau saya adalah orang yang baik, jujur, tidak curang, dan bisa dipercaya. Jika Anda sudah percaya bahwa saya adalah orang dengan karakteristik seperti itu, beranikah Anda mempercayakan seluruh harta, kekayaan dan aset Anda kepada saya? Jika Anda percaya namun tak berani mempercayakan, itu indikasi bahwa tingkat percaya Anda hanya to believe saja. Tetapi jika Anda percaya dan berani mempercayakan, maka tingkat percaya Anda adalah to trust.
Lalu, bagaimana tingkat kepercayaan kita kepada Tuhan?
Saya terlalu yakin bahwa kita semua percaya bahwa Tuhan adalah Bapa yang baik, yang bertanggung jawab, yang memelihara hidup kita, yang penuh mukjizat, bahkan dapat melakukan hal yang mustahil sekalipun bagi kita. Ini to believe.
Yang menjadi pertanyaan adalah, "Setelah kita percaya bahwa Ia adalah Bapa yang baik, beranikah kita mempercayakan seluruh hidup kita kepada-Nya tanpa ragu lagi?"
Tuhan adalah ahlinya membuat mukjizat. Kita tahu itu, tapi apakah kita juga berani mempercayakan hidup kita kepadaNya? Kalau kita percaya sekaligus berani mempercayakan, berarti tingkat percaya kita adalah to trust.
Tuhan menghendaki agar kita tak hanya to believe saja, tapi juga to trust. Apa gunanya kita percaya namun tak berani mempercayakan?
To believe tidak akan pernah membuat kita mengalami mukjizat Tuhan, hanya to trust yang bisa melakukannya. Apapun masalah atau pergumulan hidup yang sekarang kita hadapi, baiklah kita berani mempercayakan masalah kita itu kepada Tuhan. Percayalah bahwa kita akan segera melihat campur tangan dan pertolongan Tuhan tepat pada waktunya.
Jangan hanya to believe, milikilah to trust!
Sumber : http://www.bethanybangkok.com/?p=1689
Kamis, 26 Agustus 2010
Kamis, 19 Agustus 2010
Kekuatan Sikap
John Maxwell pernah berkata, “Jangan pernah menganggap rendah kekuatan sikap Anda. Itu adalah diri kita yang sebenarnya. Akarnya ada dalam diri kita, tapi buahnya ada di luar. Dia bisa jadi sahabat terbaik kita atau musuh terjahat kita. Dia lebih jujur dan konsisten daripada kata-kata kita. Dialah yang menarik orang datang kepada kita atau membuat orang-orang menjauh dari kita. Dia tidak akan pernah puas sampai berhasil diekspresikan. Dia adalah pustakawan tentang masa lalu kita; dia adalah pembicara tentang masa kini kita dan dia adalah nabi tentang masa depan kita.”
Banyak orang mengatakan bahwa sikap kita lebih penting daripada kata-kata kita dan riset membuktikan bahwa 85 persen alasan kita mendapat pekerjaan dan terus maju dalam pekerjaan itu adalah karena sikap kita. Sayangnya, kalau orang bicara soal sikap, apalagi di antara anak muda zaman sekarang, mereka selalu mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang negatif.
Sikap kita adalah kunci pendidikan. Dia adalah kunci kita bisa dekat dengan orang lain dan terus maju dalam hidup. Seorang murid yang punya sikap yang baik akan belajar bukan sekedar untuk hanya sekedar lulus ujian saja. Seorang pekerja dengan sikap yang baik akan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dan ceria. Suami atau istri yang memiliki sikap yang baik akan menangani situasi yang sulit dengan cara yang lebih efektif dan meningkatkan relasi yang ada di antara mereka. Dokter yang punya sikap yang baik akan lebih sabar dan telaten menangani pasien-pasiennya.
Ketika semua pemain sepak bola memiliki kemampuan yang hampir sama dan ada keraguan untuk memilih pemain yang mana, pelatih pasti akan memilih pemain yang punya sikap yang baik. Dan begitu juga ketika seorang pria atau wanita yang mencari pasangan.
Quote
Jokes
Waktu disuruh membereskan kamarnya, seorang remaja pura-pura marah dan berkata, “Apa? Mama menyuruh saya menciptakan ketidakseimbangan dalam ekologi alami lingkungan saya?” (Dorothea Kent)
Sumber diambil dari buku "Something to Smile About" karya Zig Ziglar.
Banyak orang mengatakan bahwa sikap kita lebih penting daripada kata-kata kita dan riset membuktikan bahwa 85 persen alasan kita mendapat pekerjaan dan terus maju dalam pekerjaan itu adalah karena sikap kita. Sayangnya, kalau orang bicara soal sikap, apalagi di antara anak muda zaman sekarang, mereka selalu mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang negatif.
Sikap kita adalah kunci pendidikan. Dia adalah kunci kita bisa dekat dengan orang lain dan terus maju dalam hidup. Seorang murid yang punya sikap yang baik akan belajar bukan sekedar untuk hanya sekedar lulus ujian saja. Seorang pekerja dengan sikap yang baik akan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dan ceria. Suami atau istri yang memiliki sikap yang baik akan menangani situasi yang sulit dengan cara yang lebih efektif dan meningkatkan relasi yang ada di antara mereka. Dokter yang punya sikap yang baik akan lebih sabar dan telaten menangani pasien-pasiennya.
Ketika semua pemain sepak bola memiliki kemampuan yang hampir sama dan ada keraguan untuk memilih pemain yang mana, pelatih pasti akan memilih pemain yang punya sikap yang baik. Dan begitu juga ketika seorang pria atau wanita yang mencari pasangan.
Quote
- Jangan akhiri sebuah pertemuan sampai semua tugas sudah diserahkan pada pribadi yang tepat dengan solusinya.
- Sebuah keputusan tanpa batas akhir adalah diskusi yang sia-sia.
- Kembangkan sikap seorang pemenang.
Jokes
Waktu disuruh membereskan kamarnya, seorang remaja pura-pura marah dan berkata, “Apa? Mama menyuruh saya menciptakan ketidakseimbangan dalam ekologi alami lingkungan saya?” (Dorothea Kent)
Sumber diambil dari buku "Something to Smile About" karya Zig Ziglar.
Senin, 02 Agustus 2010
Benih-benih Sikap Rajin
Kemarin aku duduk mengikuti ibadah penutupan peti ibu dari salah seorang temanku. Tidak ada yang terlalu istimewa dalam ibadah itu, kecuali saat anak tertua menyampaikan ucapan terima kasih dari pihak keluarga. Kata-kata yang ia ucapkan sangatlah menyentuh, sehingga ada banyak pengunjung yang meneteskan air mata.
Aku tidak dapat mengingat setiap detil kata-katanya, namun ada beberapa kalimat yang masih terngiang-ngiang di telingaku. Kurang lebih demikian apa yang dikatakan anak sulung itu di hadapan ratusan orang yang hadir waktu itu.
---------------------------------------------------------
Mama kami seringkali berbohong. Mungkin Anda terkejut mengapa saya menyampaikan hal ini di penutupan peti Mama. Tapi, kami mau Anda tahu apa yang sebenarnya terjadi. Papa meninggal ketika mama berusia 30 tahun, dan sejak itu mama tidak pernah menikah lagi. Bayangkan, apa yang harus dilakukan seorang janda berumur 30 tahun dengan dua anak berusia 4 dan 2 tahun untuk bertahan hidup? Sejak kecil saya dan adik melihat mama bekerja keras mencuci pakaian tetangga dan menjual makanan kecil. Pagi hari mencuci, kemudian memasak, dan berkeliling kampung menjual makanan kecil sampai sore.
Sering saya bertanya, ”Mama pasti capek ya?”
Saya tahu Mama pasti lelah, tapi ia selalu tersenyum. Sambil mengusap kepala saya dan kepala adik, Mama berkata,” Tidak Nak. Mama tidak capek.”
Mama berbohong pada kami.
Seringkali kami melihat mama membagi makanan menjadi dua; untuk saya dan adik. Ia hanya mengambil sebagian kecil untuk dirinya. Kalau itu daging, mama hanya mengambil kuah daging itu untuk dirinya. Daging diberikan untuk saya dan adik. Saya meminta, ”Mama, ayo ambil dan makan dagingnya bersama-sama. Dibagi tiga kan masih cukup.”
Mama hanya menggeleng dan berkata,” Mama tidak bisa makan daging. Kalian saja makan supaya kuat dan sehat.”
Setelah besar saya tahu bahwa mama berbohong. Mama sebenarnya bisa dan suka makan daging. Ia mengalah untuk kami.
Jika ada sedikit uang lebih untuk membeli pakaian, maka Mama pasti akan memilih yang terbaik untuk saya dan adik. Ketika kami makin besar, berulang kali kami mendesak Mama untuk membeli pakaian untuk dirinya sendiri. Mama selalu menjawab, ”Baju yang ada masih bisa dipakai. Masih bagus.”
Padahal kami tahu di tengah malam hari, Mama menjahit lubang-lubang yang ada di bajunya. Mama berbohong. Baju itu sebenarnya sudah jelek.
Mama adalah sosok pekerja keras. Ia tidak pernah malas melakukan apapun bagi anak-anaknya. Ia jarang mengeluh dan seperti yang saya katakan tadi, Mama malah cenderung menutupi kelelahan dan keinginannya demi anak-anaknya. Sewaktu menemani Mama di hari-hari terakhir hidupnya, saya bertanya mengapa Mama bisa begitu rajin bekerja. Mama menjawab, ”Mama harus rajin bekerja, karena Mama mencintai kalian. Mama ingin kalian sukses."
---------------------------------------------------------
Bagiku, ibu dari rekanku itu adalah contoh hidup apa yang disebut dalam Amsal 31:27, "Ia selalu rajin bekerja dan memperhatikan urusan rumah tangganya."
Dengan saksama ia memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah tangganya dan ia tidak pernah malas. Ibu rekanku itu telah menjadi wanita yang maksimal. Maksimal memperhatikan rumah tangganya walau seorang diri. Aku bisa melihat buah kerja keras dan sikap rajin ibu itu. Dua rekanku adalah sosok pekerja keras, rajin, ulet dan tangguh seperti ibunya. Sungguh, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. SIKAP RAJIN AKAN MENGHASILKAN BUAH YANG MANIS DI MASA DEPAN.
Selamat menabur benih sikap rajin.
Sumber: Wahyu Pramudya.
Aku tidak dapat mengingat setiap detil kata-katanya, namun ada beberapa kalimat yang masih terngiang-ngiang di telingaku. Kurang lebih demikian apa yang dikatakan anak sulung itu di hadapan ratusan orang yang hadir waktu itu.
---------------------------------------------------------
Mama kami seringkali berbohong. Mungkin Anda terkejut mengapa saya menyampaikan hal ini di penutupan peti Mama. Tapi, kami mau Anda tahu apa yang sebenarnya terjadi. Papa meninggal ketika mama berusia 30 tahun, dan sejak itu mama tidak pernah menikah lagi. Bayangkan, apa yang harus dilakukan seorang janda berumur 30 tahun dengan dua anak berusia 4 dan 2 tahun untuk bertahan hidup? Sejak kecil saya dan adik melihat mama bekerja keras mencuci pakaian tetangga dan menjual makanan kecil. Pagi hari mencuci, kemudian memasak, dan berkeliling kampung menjual makanan kecil sampai sore.
Sering saya bertanya, ”Mama pasti capek ya?”
Saya tahu Mama pasti lelah, tapi ia selalu tersenyum. Sambil mengusap kepala saya dan kepala adik, Mama berkata,” Tidak Nak. Mama tidak capek.”
Mama berbohong pada kami.
Seringkali kami melihat mama membagi makanan menjadi dua; untuk saya dan adik. Ia hanya mengambil sebagian kecil untuk dirinya. Kalau itu daging, mama hanya mengambil kuah daging itu untuk dirinya. Daging diberikan untuk saya dan adik. Saya meminta, ”Mama, ayo ambil dan makan dagingnya bersama-sama. Dibagi tiga kan masih cukup.”
Mama hanya menggeleng dan berkata,” Mama tidak bisa makan daging. Kalian saja makan supaya kuat dan sehat.”
Setelah besar saya tahu bahwa mama berbohong. Mama sebenarnya bisa dan suka makan daging. Ia mengalah untuk kami.
Jika ada sedikit uang lebih untuk membeli pakaian, maka Mama pasti akan memilih yang terbaik untuk saya dan adik. Ketika kami makin besar, berulang kali kami mendesak Mama untuk membeli pakaian untuk dirinya sendiri. Mama selalu menjawab, ”Baju yang ada masih bisa dipakai. Masih bagus.”
Padahal kami tahu di tengah malam hari, Mama menjahit lubang-lubang yang ada di bajunya. Mama berbohong. Baju itu sebenarnya sudah jelek.
Mama adalah sosok pekerja keras. Ia tidak pernah malas melakukan apapun bagi anak-anaknya. Ia jarang mengeluh dan seperti yang saya katakan tadi, Mama malah cenderung menutupi kelelahan dan keinginannya demi anak-anaknya. Sewaktu menemani Mama di hari-hari terakhir hidupnya, saya bertanya mengapa Mama bisa begitu rajin bekerja. Mama menjawab, ”Mama harus rajin bekerja, karena Mama mencintai kalian. Mama ingin kalian sukses."
---------------------------------------------------------
Bagiku, ibu dari rekanku itu adalah contoh hidup apa yang disebut dalam Amsal 31:27, "Ia selalu rajin bekerja dan memperhatikan urusan rumah tangganya."
Dengan saksama ia memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di dalam rumah tangganya dan ia tidak pernah malas. Ibu rekanku itu telah menjadi wanita yang maksimal. Maksimal memperhatikan rumah tangganya walau seorang diri. Aku bisa melihat buah kerja keras dan sikap rajin ibu itu. Dua rekanku adalah sosok pekerja keras, rajin, ulet dan tangguh seperti ibunya. Sungguh, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. SIKAP RAJIN AKAN MENGHASILKAN BUAH YANG MANIS DI MASA DEPAN.
Selamat menabur benih sikap rajin.
Sumber: Wahyu Pramudya.
Langganan:
Postingan (Atom)