Rabu, 19 Mei 2010

Gran Torino

Mendapat satu cinta dari satu orang itu tidak cukup. Manusia memerlukan banyak cinta dari orang-orang di sekitarnya.

Walt Kowalski (Clint Eastwood) adalah seorang veteran perang dan mantan teknisi pabrik mobil yang baru saja kehilangan istrinya, seseorang yang paling dicintai dan mencintainya. Sayang sekali, istri yang baik itu sudah tiada.


Walt memandang nanar kehidupannya sendiri dan menjadi frustrasi. Dalam film ini, Walt digambarkan sebagai orang yang keras, nasionalis, kolot, sinis dan kesepian. Ia tak dapat mencintai kedua anak lelakinya beserta istri dan anak-anaknya. Mereka menganggap Walt sebagai orang aneh; Walt sendiri tidak tahu mengapa ia tak dapat merasa dekat dengan mereka. Walt bahkan muak dengan sikap para cucunya yang sama sekali tidak menghargai sopan santun.

Mendiang istrinya nampaknya dapat memprediksi bahwa Walt akan melewati masa tuanya dengan rasa sepi dan menderita. Ia memberikan pesan kepada seorang pastor muda (Christopher Carley) untuk menjaga dan membawanya lebih dekat pada Tuhan. Pastor itu melakukan tugasnya dengan baik, tapi Walt menolaknya; bahkan berubah menjadi membenci semua orang.

Walt juga bertetangga dengan keluarga etnis Hmong (sebutan untuk keturunan Vietnam). Kehadiran mereka sangat mengusiknya, apalagi ia mempunyai pengalaman buruk dalam perang Korea. Tetap saja, manusia memang tak dapat hidup sendiri. Mau tak mau, sengaja atau tidak sengaja, ia akan berhubungan dengan orang lain. Interaksi antar tetangga ini bermula dengan hal-hal yang buruk. Mulai dari rasa benci terhadap orang Asia (ras yang berbeda), bahasa yang berbeda, kultur yang berbeda. Namun demikian, dari perbedaan tersebut sebuah persahabatan akan lahir.

Mobil klasik Gran Torino 1972 adalah harta terbesar Walt. Mobil klasik ini mengawali kisah persahabatan dengan suatu kejadian yang paradoks. Awalnya anak tetangga sebelah yang bernama Thao (Bee Vang) berusaha mencuri mobil kesayangan Walt ini. Thao terpaksa mencuri karena diancam oleh segerombolan geng Hmong untuk melakukan hal itu. Kakak perempuan Thao kemudian menjadi penengah antara Walt dan Thao. Gadis manis bernama Sue (Ahney Her) selalu bersikap sopan dan sangat bersahabat. Walt pun menjadi luluh dan dapat berteman dengan keluarga Hmong ini.

Dari persahabatan itu, sikap baik dari Walt dapat tergali kembali. Ia bahkan mencintai kedua remaja Sue dan Thao. Walt mencintai dan dicintai mereka bagaikan hubungan bapak dan anak. Walt bahkan merasa bertanggung jawab akan masa depan mereka. Walt ingin membentuk mereka sebagai generasi muda yang baik, sopan, penuh hormat, dan dapat berdikari untuk masa depannya. Sesuatu yang tak dapat ia lakukan kepada cucu-cucunya sendiri. Ia melakukan tugas kebapakannya ini kepada "total strangers". Dari hubungan yang melahirkan kasih ini, Walt mau datang kembali ke gereja. Ia melakukan pengakuan dosa, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Clint Eastwood kali ini membuat kisah hidup manusia dengan berfokus pada cerita sehari-hari. Hal inilah yang membuat film ini menjadi semakin hidup, kita dapat melihat suatu potret dan problema di suatu kota yang multi-kultural. Film Gran Torino memang tidak mendapat penghargaan apapun di Golden Globe ataupun Oscar 2009. Tapi karya Clint Eastwood ini menjadi film terlaris di Amerika Serikat dan Kanada. Film ini cukup unik dan temanya lumayan orisinil, ada superhero berusia 78 tahun; seseorang yang sinis dan rasis yang akhirnya mendobrak sikapnya menjadi seorang sahabat yang rela mati untuk orang yang dicintainya.

Sumber : http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=197:gran-torino&catid=53:film&Itemid=82

Tidak ada komentar:

Posting Komentar