“Religulous”, Film Agama yang Berwajah Sindiran
Sutradara Amerika Serikat, Larry Charles, mengeluarkan film yang bertajuk agama namun berisi mengenai sindiran.
Walau belum diputar di Inggris, film dokumenter berjudul Religulous menyindir hampir semua agama di dunia. Tak heran, bila banyak warga Inggris terkejut dengan film itu; memicu debat tentang munculnya tren anti-agama belakangan ini.
"Saya melihatnya di Amerika dan ironisnya, film ini cenderung sangat fundamentalis," ujar Jonny Baker, yang bekerja untuk Anglican Church Mission Society UK.
Film dokumenter ini ditulis dan dibintangi oleh komedian politik Amerika, Bill Maher. Maher dilahirkan di New York City. Bapaknya adalah seorang redaktur berita dan penyiar radio. Maher dibesarkan secara Katolik dan hingga remaja ia tidak menyadari bahwa ibunya Yahudi. Di masa dewasa, ia menekuni karir sebagai pelawak dan aktor.
Maher dikenal sebagai tokoh pengkritik agama. Ia pernah menggambarkan agama sebagai neurological disorder, sejenis penyakit syarat. Dia juga pernah mengatakan bahwa agama adalah penyebab banyak masalah pada masyarakat dan munculnya kemunafikan.
Menurut sutradaranya, judul film ini singkatan yang diambil dari kata 'religion' (agama) dan 'ridiculous' (menertawakan). Judul ini memiliki makna sindiran terhadap agama dan keyakinan untuk beragama. Film ini bercerita tentang Maher yang menghadapi berbagai agama melalui wawancara dengan para pemimpin agama dan mereka tak mampu menjawab pertanyaannya yang cenderung 'kurang ajar'.
Dalam film itu, Maher pergi ke berbagai tempat agama berasal (seperti Yerusalem, Vatikan, dan Salt Lake City) untuk mewawancarai para penganut agama dengan berbagai latar belakang dan berbagai kelompok tentang 'kemustahilan' agama. Gambar depan film ini bergambar tiga monyet yang memakai pakaian keagamaan dan lambang khas setiap agama.
Sebelum sempat beredar di sejumlah bioskop, film ini sudah menunai kritik dari umat Kristen di Inggris. Baker sendiri termasuk orang yang telah menonton film itu. Menurutnya, sutradara Religulous adalah contoh orang yang fanatik dan tidak toleran terhadap diri sendiri.
"Bill Maher hanya suka berteriak-teriak di depan kamera dan hal itu justru mengurangi nilai keseluruhan film," ujarnya.
Film ini juga memicu perdebatan sengit di kalangan pemuka agama dan pemikir tentang meningkatnya tren anti-agama.
"Para ateis hanya berkata 'tutup mulut'. Apa yang kita lihat adalah agama berada di bawah tekanan dan dikalahkan," ujar AC Grayling, profesor filosofi di Birkbeck College, London.
Menurut Grayling, film ini bagian dari respon kaum ateis atas meningkatnya 'kegaduhan' agama sejak serangan 11 September 2001 di AS.
"Terjadi peningkatan suara gaduh dari berbagai agama sejak tragedi itu. Dan kami melihat reaksi dari para ateis. Mereka berdiri dan dihitung karena mereka tidak menyukainya," jelasnya.
Bagi Baker, tren anti-agama di media massa dan di jalur kehidupan lain jelas melukai hati para penganut agama.
"Orang Afrika menganggap bahwa kami, orang Barat, adalah orang-orang yang tidak beragama," ujar Baker. Namun ia percaya bahwa serangan dari para ateis tidak akan pernah sukses.
"Agama itu penting. Orang-orang lebih tertarik pada kehidupan ketimbang hanya berbelanja saja," ujarnya.
Sumber : http://www.forumkami.com/forum/berita/4785-religulous-film-agama-berwajah-sindiran.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar