Yohanes 20:24-31
Ada sebagian orang yang berpendapat: "lihat dahulu baru percaya". Mereka perlu melihat fakta dan bukti terlebih dulu sebelum bisa percaya. Kepercayaan mereka didasarkan pada apa yang mereka lihat dan alami.
Dalam hal-hal tertentu pendapat seperti itu memang tepat. Seorang atasan tentu perlu melihat etos kerja dan hasil karya bawahannya sebelum memberikan kepercayaan penuh kepadanya. Seorang dokter memang perlu melihat berbagai hasil pemeriksaan pasien sebelum memberikan pengobatan kepadanya. Seorang penyidik perlu melihat bukti-bukti dengan akurat sebelum menetapkan siapa sebenarnya yang menjadi tersangka. Kendati demikian, kita harus menyadari bahwa pandangan itu tidak dapat diterapkan pada semua hal.
Pdt. Wahyu Pramudya menuliskan, bahwa ada banyak hal yang tidak dapat kita lihat, tetapi tetap dapat kita percayai keberadaannya. Kita tidak dapat melihat nyawa kita sendiri, tetapi itu tidak berarti bahwa nyawa kita tidak ada. Kita tidak dapat melihat otak kita, tetapi kita percaya bahwa kita punya otak. Mungkin kita belum pernah melihat gunung Everest yang memiliki puncak yang tertinggi di dunia, namun kita mempercayai kenyataan itu.
Dalam kehidupan beriman, ada sebagian orang yang selalu minta bukti. Kalau tidak melihat fakta yang kasat mata atau bukti yang masuk akal, mereka tidak mau percaya.
Tomas adalah orang yang seperti itu. Ia tidak hadir pada saat Tuhan Yesus menampakkan diri kepada teman-temannya. Ketika mereka memberitahukan kepadanya bahwa mereka melihat Tuhan Yesus yang telah bangkit, bagaimana reaksi Tomas? Bukannya percaya dan bersukacita, melainkan dia justru mengatakan, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
Mengapa Tomas tidak percaya bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit? Mengapa ia mengatakan bahwa kalau ia belum melihat bekas paku pada tangan-Nya, belum menaruh jarinya pada bekas-bekas luka paku itu dan belum menaruh tangannya pada lambung-Nya, sekali-kali ia tidak mau percaya?
Paling tidak ada tiga alasan mengapa Tomas dapat bersikap dan berkata seperti itu.
- Ia tidak memiliki pengharapan. Pengharapannya telah lenyap ketika melihat Yesus ditangkap, disalibkan dan mati. Sebelumnya ia setia mengikut Yesus dan memiliki pengharapan bahwa Yesus, Sang Mesias, akan membebaskan Israel dari kungkungan musuh dengan kemenangan yang gilang-gemilang. Tetapi ia melihat suatu kenyataan bahwa Ia ditangkap, diadili, dianiaya dan mati dengan cara yang tragis. Saat itu sepertinya Yesus tidak berdaya menghadapi orang-orang yang menganiaya diri-Nya. Melihat kenyataan tersebut Tomas menjadi sedih, kecewa, dan putus asa. Ia tidak lagi memiliki pengharapan di dalam Dia. Karena tidak ada pengharapan, ia pun tidak mengira bahwa Yesus akan bangkit dari kematian.
- Ia tidak berpegang kepada Firman Tuhan. Tuhan Yesus telah memberitahukan kepada murid-murid-Nya, termasuk Tomas, bahwa Ia akan disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit (Mrk. 10:34; 14:28; bd. Yoh. 2:20-22). Bila Tomas memperhatikan dan mengamini Firman Tuhan itu, tentu ia akan dengan mudah percaya pada berita kebangkitan Yesus. Tetapi sayang, Tomas tidak memegang perkataan-Nya itu. Ia mengabaikan dan melupakan Firman yang sudah Tuhan Yesus nyatakan.
- Ia berpusat pada diri sendiri, bukan Tuhan. Ia lebih mengandalkan mata dan tangannya, dan tidak membuka telinga dan hatinya terhadap berita kebangkitan Yesus. Pengamatan dan pengalamannya sendirilah yang ia utamakan, bukan Firman Tuhan. Itu sebabnya ketika teman-temannya memberitakan tentang Yesus yang telah bangkit, ia mengatakan bahwa kalau ia belum melihat bekas paku pada tangan-Nya, belum menaruh jarinya pada bekas-bekas luka paku itu dan belum menaruh tangannya pada lambung-Nya, sekali-kali ia tidak mau percaya.
Bukankah pada saat ini banyak juga orang yang seperti Tomas? Tidak punya pengharapan, mengabaikan Firman Tuhan, dan berpusat pada dirinya sendiri. Pengamatan dan pengalamannya sendirilah yang mereka utamakan, bukan Firman Tuhan. Untuk dapat percaya mereka minta bukti-bukti nyata, tanda-tanda ajaib, mukjizat dan sebagainya.
Puji Tuhan! Tuhan Yesus tidak mengabaikan orang yang tidak percaya seperti Tomas. Seminggu kemudian pengikut-pengikut Yesus ada lagi di tempat itu, dan Tomas hadir juga. Semua pintu terkunci. Tetapi Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka, lalu berkata, "Salam sejahtera bagimu." Kemudian secara khusus Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
Dari peristiwa itu kita dapat melihat kepedulian Tuhan Yesus. Ia peduli kepada Tomas si Peragu dan datang untuk meneguhkan imannya. Demikian juga ia mengerti kelemahan kita dan mau menguatkan dan menolong kita. Ia pun berkata kepada kita, "Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
Setelah Yesus menampakkan diri, Tomas baru benar-benar percaya dan menyatakan pengakuan iman yang begitu mendasar, "Ya Tuhanku dan Allahku!" Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada Tomas, "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. Tidaklah penting apakah seorang melihat-Nya ataupun tidak, tetapi adalah sangat penting baginya untuk percaya. Sebab dengan percaya kepada-Nya itulah seseorang menerima keselamatan dan karunia-Nya. Memang baik untuk bisa melihat dan percaya, tetapi lebih berbahagia orang yang tidak melihat namun percaya kepada-Nya.
Pada saat kita hidup dalam pengharapan, memegang teguh Firman-Nya, dan berpusat pada Allah, maka kita akan senantiasa percaya kepada Yesus yang telah mati dan bangkit kembali. Memang sekarang ini kita tidak melihat Yesus, mungkin pula tidak melihat mukjizat-mukjizat seperti yang dicatat dalam Injil Yohanes itu. Tetapi seperti yang dikatakan Alkitab, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm. 10:17; 1 Yoh. 5:9-13). Kita tidak melihat Dia dengan mata kita, tetapi dalam iman kita berhadapan muka dengan muka dengan-Nya pada saat membaca Firman Tuhan. Kita dapat menyaksikan betapa Ia hidup, apa yang dikatakan-Nya, dan apa yang dilakukan-Nya. Dengan demikian iman percaya kita diteguhkan, ditumbuhkan dan disegarkan.
Orang yang tidak melihat namun percaya kepada-Nya sungguh berbahagia. Apakah Saudara termasuk orang yang berbahagia itu?
Sumber : http://www.gki.or.id/content/doc.php?doctype=A&id=124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar