Selasa, 26 Januari 2010

Da Vinci Code: Antara Fakta dan Fiksi

Akhir-akhir ini, sudah banyak gereja mengadakan seminar tentang Da Vinci Code. Banyak orang Kristen bingung. Apa benar, Yesus menikah dengan Maria Magdalena? Apa benar, Maria pergi ke Perancis lalu beranak cucu di sana, dan keturunannya sekarang masih ada? Apa benar skandal ini ditutup-tutupi oleh gereja ribuan tahun lamanya? Kebingungan ini muncul karena Dan Brown, pengarang Da Vinci Code, meng-klaim bahwa novelnya bukan sekedar fiksi, tetapi dibuat berdasar fakta sejarah dan "riset ilmiah."

Dan Brown memang pintar membumbui novelnya dengan pelbagai data sejarah yang sangat rinci, sehingga kelihatan begitu meyakinkan. Padahal, jika diteliti lebih jauh, ada banyak kesalahan data. Misalnya, menurut Brown, adat Yahudi mengharuskan seorang lelaki dewasa menikah. Mereka yang tidak menikah dianggap terkutuk. Dari situ disimpulkan: Yesus sebagai lelaki Yahudi pasti menikah! Padahal di jaman Yesus ada orang-orang yang tidak menikah. Kaum Eseni, misalnya, hidup selibat untuk melayani Tuhan sepenuhnya. Kelompok ini tetap saja diterima di masyarakat, tidak dianggap terkutuk! Jadi, tidak jadi persoalan jika Yesus selibat. Dan Brown memberi latar belakang sejarah yang keliru.

Kesalahan data lainnya, dikatakan "lebih dari 80 kitab Injil telah dipertimbangkan untuk masuk dalam Perjanjian Baru, namun akhirnya hanya empat yang masuk dalam Alkitab, yaitu kitab Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes." Ia menyimpulkan: Alkitab kita telah disensor oleh penguasa saat itu, Kaisar Konstantin, untuk memenuhi ambisi politiknya. Di sini Brown menarik kesimpulan yang terlalu jauh. Memang ada kitab-kitab yang tidak masuk dalam kanon Alkitab. Jumlahnya tidak sampai 80, namun hanya belasan. Kitab-kitab tersebut tidak dimasukkan bukan karena kehendak Kaisar Konstantin! Sejak awal, gereja telah mengakui keempat Injil dan memakainya secara luas sebagai pegangan ajaran. Sedangkan kitab-kitab lain, seperti Injil Thomas, Injil Filipus, atau Injil Yudas sejak semula sudah ditolak oleh orang percaya, karena dikarang oleh pengikut ajaran gnostik Kristen. Ajaran yang menghubungkan kekristenan dengan agama-agama alam, Yudaisme, dan filsafat Yunani ini sejak semula ditolak. Oleh sebab itu, tentu kitab-kitab karya mereka tidak dimasukkan dalam kanon Alkitab.

Masih banyak lagi isu kontroversial yang diangkat dalam Da Vinci Code. Misalnya, lukisan "Perjamuan Terakhir" karya Leonardo Da Vinci. Menurut penafsiran Brown, mengandung pesan-pesan rahasia. Figur yang duduk di sebelah kanan Yesus bukanlah rasul Yohanes, melainkan Maria Magdalena. Karena gambar wajahnya begitu feminin. Brown lupa, bahwa Leonardo Da Vinci memang selalu melukis orang yang karakternya lembut seperti malaikat dengan wajah feminin. Karena Yohanes dijuluki sebagai "murid yang dikasihi Yesus", Leonardo pun menggambar wajahnya begitu tenang seperti malaikat! Singkatnya, hampir 20% isi novel Da Vinci Code memaparkan data-data sejarah yang telah dikacaukan. Pembaca yang buta sejarah bisa jadi terpesona dan diyakinkan secara mentah, karena tidak adanya pembanding.

Oleh sebab itulah, Da Vinci Code hendaknya dibaca dengan kacamata yang tepat. Ingatlah, Da Vinci Code adalah dongeng. Cerita fiksi belaka yang tidak perlu dipercayai atau dipandang serius. Sebagai cerita, Brown memang berhasil mengarang karya fiksi yang seru, menegangkan, dan cerdas. Brown telah sukses mengarang sebuah dongeng post-modern. Dongeng yang merelatifkan apa yang sudah diterima sebagai kebenaran umum, sehingga mengundang kontroversi dan membuat orang penasaran. Tidak heran ia menjadi kaya raya!

Di masa depan, suksesnya novel Da Vinci Code bakal mendorong penulis-penulis lain mengarang novel dengan tema serupa. Oleh sebab itu, kita perlu berhati-hati. Jangan asal percaya dengan cerita yang tidak jelas kebenarannya. Bacalah dengan kacamata yang benar. Akhirnya, Rasul Paulus mengingatkan kita: "peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu ... Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng" (2Tim 1:13, 4:4).

Sumber : http://www.gki.or.id/content/doc.php?doctype=A&id=22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar